“Kak lagi nunggu bis ya?”
seorang anak kecil berusia 9 thn menyapaku di sebuah terminal besar.Aku hanya
tersenyum kecil memperhatikannya.bajunya kumal dan tubuh anak itu pun kotor
berdebu dengan rasa jijik aku melangkah mundur sambil menengok ke kanan dan ke
kiri mencari ibu dari anak itu.Anak kecil itu hanya tertawa sambil memegangi
sebuah kantung plastik pembungkus permen.Ada beberapa anak bersamanya mereka
tertawa tawa entah apa yang di tertawakan aku tak mengerti mataku tertuju pada
anak anak kecil itu.Mereka adalah para pengamen di terminal ini.ya aku memang
jarang berkunjung ke terminal kecuali kalau terpaksa.
Selama beberapa hari aku
bertemu dengan anak itu yang kadang berjalan sendirian tanpa tujuan sesekali naik
bis yang lewat tak lama kemudian turun kembali dengan muka cemberut atau
tersenyum kecil.Anak kecil ini seperti telah terbiasa dengan keadaannya.Aku
yang sama sekali buta tentang para pengamen cilik ini dipenuhi tanda tanya apa
yang di perbuatnya dan di mana ia tidur hanya bisa memandangnya dengan hati
penasaran.Namun lagi lagi aku kehilangannya setelah ia berlari mengejar sebuah
metromini yang lewat di hadapannya.
Suatu malam aku kembali
ke terminal itu dan menunggu bis untuk melanjutkan perjalananku ke rumah aku
bertemu dengan anak itu lagi.Ia menyapaku dengan ramah sedang mulutnya
mengunyah sesuatu,sebuah jajanan di pegangnya dengan tangan kirinya.Aku
tersenyum sambil melihat jam yang menunjukan sudah pukul 7.30 malam.
“Kamu sedang apa di
sini? Pulanglah sudah malam.” Kataku.
“Kakak nunggu bis ya?
Tanyanya tanpa menjawab pertanyaanku
“Hati hati kak di sini
rawan.” Katanya lagi memperingatkanku.
Aku tersenyum kecut
mendengar perkataannya yang lebih tahu tentang Jakarta ketimbang aku yang lebih
dewasa.Rasa penasaranku yang telah hilang muncul kembali di benakku tentangnya.
“Namamu siapa?” Tanyaku
“Mira.” Jawabnya pendek.
“Rumah kamu dimana?
Kakak sering lihat kamu di sini.kamu ngapain kalau siang?” Tanyaku
“Aku ga punya rumah
kak.” Katanya memelas
“Kalau malam tidur di
mana? Memang mama kamu kemana?” Tanyaku lagi penasaran
“Tidur di sana, aku tak
punya mama kak.” Katanya sambil menunjuk sebuah taman di dekat tempatku
berdiri.
“Tapi punya bapak ‘kan?”
Tanyaku lagi tak puas dengan jawabannya.
“Bapak sudah kawin
lagi.Ibu sering marah marah kalau bapak ga ada kak,” jawabnya memelas.
Aku terbungkam seribu
bahasa tak dapat berkata apa apa lagi sedang Mira kembali berlari
meninggalkanku yang di penuhi tanda tanya tentang diri dan anak anak lainnya
yang bernasib seperti Mira.Aku kembali meneruskan perjalanan pulang di ikuti
bayang bayang Mira.
Esok harinya aku pergi ke terminal
itu lagi bukan untuk bertemu Mira tapi untuk bertemu dengan bapakku di
kantornya dan ke kantor Lsm.Aku enggan mengatakannya di rumah lagi pun aku
ingin agar bapak langsung memantau Mira dan kawan kawannya.Turun dari bis aku
langsung berlari lari kecil agar lebih cepat sampai ke kantor bapakku dan
berharap beliau mendengarkanku.Di kantor bapak aku di sapa oleh bawahannya yang
sudah mengenalku menuju ke ruangannya, tanpa basa basi lagi aku bertanya hanya
menunjuk ruangannya pada seketarisnya yang sedang sibuk melihat data dan
tersenyum padaku.aku masuk ke ruangannya namun bapak sedang menerima telepon
dan ada seseorang duduk di hadapannya.Mereka tersenyum padaku aku langsung
duduk di bangku tamu.Tak lama orang itu pergi aku langsung bercerita tentang
Mira pada bapakku.Bapak hanya tersenyum melihatku sesekali bertanya.
“Baik,bapak akan urus ini.kamu juga
tolong bantu dengan hal lain ya?” Kata bapakku
“Aku mau ke kantor Lsm.” Kataku
sambil mengangguk.
“Nak, bapak senang kamu antusias
menangani ini.kamu itu kebanyakan di rumah dan tak tahu kehidupan jalanan jadi
kamu baru tahu tentang mereka.Apa sekarang kamu merasa beruntung? Kata bapak
Aku terdiam selama ini aku memang
tak pernah tahu keadaan di luar rumah walau pun hidupku tidak mewah namun
ternyata lebih baik dari mereka yang hidup di jalanan.
“Beruntung? Aku bisa makan enak dan
bisa beli baju semauku dan baru menyadari ada anak anak seperti itu.” Kataku
tertunduk malu lalai memperhatikan keadaan
“Sebenarnya bapak sudah tahu dan
sudah di urus tapi mereka selalu kembali lagi ke sini.Kantor Lsm sini juga
sudah bapak konfirmasi sudah ada realisasi ada beberapa anak yatim piatu yang
di kirim ke panti asuhan,yang sudah besar di kirim ke panti untuk belajar
ketrampilan.sayangnya yang tak betah kabur di tambah lagi ada anak anak baru
yang datang jadi harus berulang menangani mereka.” Kata bapak
“Lalu sekarang bagaimana?” kataku
“Sekarang bapak ada rapat di kantor
pusat.” Kata bapak sambil tersenyum
“Ya bapak gimana sih?” kataku manja
“Jangan kuatir.kamu ke kantor Lsm
aja nanti bapak juga telepon ke Lsm.” Kata bapak
“Kita akan tangani dengan serius
tapi kalau mereka kembali atau ada anak baru lagi jangan salahkan kami ya?”
Kata bapak meneruskan
“Apa bapak tak mau melihat mereka
dari dekat?” Tanyaku berharap
Bapak hanya tersenyum simpul sambil
mengelus rambutku.
“Kamu mau bapak melihat mereka?”
Tanya bapak lagi
Aku mengangguk
“Bagaimana kalau besok saja sekalian
kita lihat bagaimana kehidupan malam mereka.” Usul bapak.
“Ya sudah terserah bapak saja.”
Kataku mengiyakan
Siang itu aku ke kantor Lsm.salah
seorang anggota Lsm itu adalah teman bapak yang pernah bertemu denganku di
kantor bapak.Aku langsung bercerita tentang Mira padanya.Tanggapannya pun tak
jauh beda seperti bapak
Esok sore setelah pulang sekolah aku
kembali lagi jam kantor bapak juga telah usai kami hanya mengobrol panjang
lebar tentang hal lain bersama karyawan bapak yang sedang bekerja namun tidak
satu pun membicarakan tentang Mira.Setelah isya kami berangkat bersama bawahan
bapak ke taman yang di tunjuk Mira sebagai tempat bermalamnya.Kami berjalan
menyusuri taman muda mudi,,pedagang,pemabuk dan anak anak itu sibuk sendiri
sendiri seakan tak peduli di sekelilingnya.Beberapa orang mencemoohku yang
sedang menggandeng tangan bapakku,namun aku masih belum mengerti arti cemoohan
itu hanya ada tanda tanya di benakku hanya Mira yang tak tampak di taman
itu.Telah lama kami berputar putar di sekitar taman namun tak bertemu juga.Mira
tidak ada di sekitar terminal.Untuk mengobati rasa kecewaku bapak membelikanku
baju baju dan memberikan uang.
Masih penasaran aku kembali lagi
mencari Mira tanpa tanya dan tentu saja dengan izin bapak.Aku mencoba bergabung
dengan mereka bergabung dengan para anak jalanan aku harus berpakaian kumal dan
tak segan berkotor ria keikut sertaanku pada mereka menghasilkan banyak tanya
di benakku berbagai macam masalah seakan ada,besar maupun kecil tua atau muda
kemiskinan seakan menjadi pangkal akar semua masalah.Tak bisa bersekolah karena
biaya,orang tua berpisah karena tak bisa menanggung nafkah,marah karena sang
ibu menjadi pelacur untuk menghidupi atau orang tua yang ingin agar mereka
menanggung biaya hidupnya sendiri beribu alasan lainnya belum lagi resiko yang
harus mereka tanggung seperti kekerasan, narkoba, pelacuran dan pelecehan seks
yang kulaporkan semua pada bapak.Bapak hanya tersenyum getir mendengar laporan
demi laporan yang kusampaikan setiap malam di kantornya.Sejak aku bergabung
bapak memang menungguku di kantornya yang tak jauh dari terminal,untuk
memastikan kalau aku tidak bermasalah bapak meminta seseorang mengikutiku dari
jauh dan bisa pulang bersama bapak setiap hari sampai misiku selesai.Rasa
keingin tahuanku terjawab,dengan bantuan bapak dan Lsm aku mencoba membantu
mereka sebisaku walau bantuan itu terlihat sangatlah kecil.
0 komentar:
Posting Komentar